Thursday, February 12, 2009

Sadar dengan Sebuah Kehilangan

Oleh: Muhammad Nuh

dakwatuna.com - “Orang yang pandai adalah yang senantiasa mengoreksi diri dan menyiapkan bekal kematian. Dan orang yang rendah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsu dan berangan-angan kepada Allah.” (At-Tirmidzi)
Maha Besar Allah Yang menghidupkan bumi setelah matinya. Air tercurah dari langit membasahi tanah-tanah yang sebelumnya gersang. Aneka benih kehidupan pun tumbuh dan berkembang. Sayangnya, justru manusia mematikan sesuatu yang sebelumnya hidup.

Tanpa terasa, kita sudah begitu boros terhadap waktu.
Trend hidup saat ini memaksa siapapun untuk menatap dunia menjadi begitu mengasyikkan. Serba mudah dan mewah. Sebuah keadaan dimana nilai kucuran keringat tergusur dengan kelincahan jari memencet tombol. Dengan bahasa lain, dunia menjadi begitu menerlenakan.
Tidak heran jika gaya hidup perkotaan menggiring orang menjadi manja. Senang bersantai dan malas kerja keras. Di suasana serba mudah itulah, waktu menjadi begitu murah. Detik, menit, jam, hingga hari, bisa berlalu begitu saja dalam gumulan gaya hidup santai.
Sebagai perumpamaan, jika seseorang menyediakan kita uang sebesar 86.400 rupiah setiap hari. Dan jika tidak habis, uang itu mesti dikembalikan; pasti kita akan memanfaatkan uang itu buat sesuatu yang bernilai investasi. Karena boleh jadi, kita tak punya apa-apa ketika aliran jatah itu berhenti. Dan sangat bodoh jika dihambur-hamburkan tanpa memenuhi kebutuhan yang bermanfaat.
Begitulah waktu. Tiap hari Allah menyediakan kita tidak kurang dari 86.400 detik. Jika hari berganti, berlalu pula waktu kemarin tanpa bisa mengambil waktu yang tersisa. Dan di hari yang baru, kembali Allah sediakan jumlah waktu yang sama. Begitu seterusnya. Hingga, tak ada lagi jatah waktu yang diberikan.
Sayangnya, tidak sedikit yang gemar membelanjakan waktu cuma buat yang remeh-temeh. Dan penyesalan pun muncul ketika jatah waktu dicabut. Tanpa pemberitahuan, tanpa teguran.
Allah swt. berfirman, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (dari Allah swt.).” (Al-Anbiya’: 1)

Tanpa terasa, kita kian jauh dari keteladanan Rasul dan para sahabat
Pergaulan hidup antar manusia memunculkan tarik-menarik pengaruh. Saat itulah, tanpa terasa, terjadi pertukaran selera, gaya, kebiasaan, dan perilaku. Semakin luas cakupan pergaulan, kian besar gaya tarik menarik yang terjadi. Masalahnya, tidak selamanya stamina seseorang berada pada posisi prima. Kadang bisa surut. Ketika itu, ia lebih berpeluang ditarik daripada menarik. Tanpa sadar, terjadi perembesan pengaruh luar pada diri seseorang. Pelan tapi pasti. Suatu saat, orang tidak merasa berat hati melakukan perbuatan yang dulunya pernah dibenci. Dan itu bukan lantaran keterpaksaan. Tapi, karena adanya pelarutan dalam diri terhadap nilai-nilai yang bukan sekadar tidak pernah dicontohkan Rasul, bahkan dilarang. Sekali lagi, pelan tapi pasti.
Anas bin Malik pernah menyampaikan sebuah ungkapan yang begitu dahsyat di hadapan generasi setelah para sahabat Rasul. Anas mengatakan, “Sesungguhnya kamu kini telah melakukan beberapa amal perbuatan yang dalam pandanganmu remeh, sekecil rambut; padahal perbuatan itu dahulu di masa Nabi saw. kami anggap termasuk perbuatan yang merusak agama.” (Bukhari)

Tanpa terasa, kita jadi begitu asing dengan Islam.
Pelunturan terhadap nilai yang dipegang seorang hamba Allah terjadi tidak serentak. Tapi, begitu halus: sedikit demi sedikit. Pada saatnya, hamba Allah ini merasa asing dengan nilai Islam itu sendiri. Ajaran Islam tentang ukhuwah misalnya. Kebanyakan muslim paham betul kalau orang yang beriman itu bersaudara. Saling tolong. Saling mencintai. Dan, saling memberikan pembelaan. Tapi anehnya, justru nilai-nilai itu menjadi tidak lumrah.
Semua pertolongan, perlindungan, pengorbanan kerap dinilai dengan kompensasi. Ada hak, ada kewajiban. Ada uang, ada pelayanan. Tiba-tiba seorang muslim jadi merasa wajar hidup dalam karakter individualistik. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, seorang dai merasa enggan berceramah di suatu tempat karena nilai bayarannya kecil. Sekali lagi, tak ada uang, tak ada pelayanan.
Firman Allah swt. “Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembela pun terhadap Kami, kecuali karena rahmat dari Tuhanmu….” (Al-Isra’: 86-87)
Tanpa terasa, kita tak lagi dekat dengan Allah swt.
Inilah sumber dari pelunturan nilai keimanan seorang hamba. Kalau orang tak lagi dekat dengan majikannya, sulit bisa diharapkan bagus dalam kerjanya. Kesungguhan kerjanya begitu melemah. Bahkan tak lagi punya nilai. Asal-asalan.
Jika ini yang terus terjadi, tidak tertutup kemungkinan, ia lupa dengan sang majikan. Ketika seorang hamba melupakan Tuhannya, Allah akan membuat orang itu lupa terhadap diri orangnya sendiri. Ada krisis identitas. Orang tak lagi paham, kenapa ia hidup, dan ke arah mana langkahnya berakhir. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr: 19)


Thursday, December 27, 2007

Bencana yang Menyayat Hati ....!!!

Tepat 3 tahun setelah tsunami yang melanda Aceh, bencana itu datang menghampiri daerahku. Setelah seharian penuh hujan mengguyur kota karanganyar, ternyata 26 Desember 2007 memberi kisah tersendiri bagiku. Kisah memilukan yang meharuskan seseorang untuk bisa mengintrospeksi dirinya. Karanganyar yang dulunya terkenal dengan julukan TENTERAM, pada tahun ini sedang dilanda musibah. Yah...musibah tanah longsor itu menitikkan secuil luka di hati warga karanganyar.
Tawangmangu atau tepatnya di desa mogol yang akhir2 ini terkenal dengan sebutan ledok sari dan terkenal dengan Jemaninya, merupakan desa yang paling parah terkena longsoran tanah. Kehilangan keluarga merupakan hal yang tak bisa dihindari oleh warga sekitar. Bahkan ada satu keluarga yang semuanya terpendam di dalam tanah, tanpa ada satupun yang selamat dari maut itu. Tak ada yang pernah mengira kalau desa yang terkenal sebagai penghasil bunga itu akan rata dengan tanah.
Terbersit dalam pikiranku, " Ya, Allah kenapa kau timpakan kepada kami bencana ini? Apakah dosa kami begitu besar, sehingga kau tegur kami? Ataukah ini ujian untuk menguji kami, untuk mengukur kadar keimanan kami?" Bencana ini merupakan ujian dari Allh, Apakah dalam kondisi seperti ini kita akan mampu bertahan atau tidak. Semua tergantung kita, kalau kita bisa bersabar dalam kondisi yang seperti ini, bisa mempertahankan keimanan kita insya allah kita akan lulus.
Jangan pernah menjadikan bencana untuk menggadaikan keimanan kita...Seharusnya bencana ini menjadikan kita ajang untuk introspeksi diri. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri, tapi buatlah suatu kesalahan adalah cambuk menuju keimanan. Jangan pernah menyesali apa yang terjadi kemaren, tapi pikirkanlah apa yang akan kamu perbuat besok. Mungkin saat ini aku tidak merasakan penderitaan yang kalian alami. Siapa tahu besok aku yang mengalaminya. Kita nggak pernah tahu akan ketentuan dari Allah. Karena itulah, "tiada hari tanpa berbuat kebaikan" adalah kalimat yang pantas untuk kita pegang. Berusahalah selalu untuk berbuat kebaikan karena kita tidak tahu kematian menghampiri kita.


with love
rodhiyah

Tuesday, December 25, 2007

RIhLah...!!!

Hembusan angin, guyuran air hujan yang tiba-tiba membasahi bumi menmbah indah panorama yang megagungkan kekuasaan Allah. Pantai baron yang semula tenang, mulai menampakkan ombak-ombak yang membuat hati ini berdecak kagum atas keagungan dan kebesarannya. 25 Desember 2007, Rihlah SKI yang bertujuan mempererat ukhuwah bisa menghilangkan sejenak kepenatan saat melakukan aktifitas. Dengan mengambil pantai baron sebagai tujuan utama, mampu menyulap mata ini menyaksikan kebesaran Allah. Walaupun sejak berangkat gerimis sudah mengikuti perjalanan kami, itu tak menyurutkan semangat kami. Kami mulai berangkat dari solo pukul 07.30, setelah adanya kemoloran selama satu jam.
Walaupun sebagai anak TKJ sendiri disitu, aq nggak merasa sendiri. Ada mbk`e yang bilang " Kamu nggak sendiri dek, kami juga temenmu kok " ujarnya. Emang bener temen gak berarti satu jurusan ato apalah, temen ada dimana-mana. Ketika kita mampu berbuat kebaikan, siapapun akan mau jadi temen kita.
Lanjut ya...kurang lebih pukul 11.00 kami tiba di Pantai Baron. Kebiasaan ketika tiba di tempat tujuan, kamar mandilah jadi tempat pertama yg didatangi. Selanjutnya kami mengadakan saring dengan kakak2 penguus SKI periode 2007, dari beliau kami dapat pengalaman. Setelah solat kami melanjutkan perjalanan. Yang akhwat main di pantai sedang ikhwannya main bola di pinggir pantai. Kurang lebih jam 01.30 kami bersiap-siap melakukan tadabur alam. Yang dimulai dari pantai baron menuju pantai kukup. Jalan yang terjal, berbatu ditambah gerimis menyiratkan betapa kuasa Allah begitu besar.
Walaupun banyak tantangan semangat kami tidak menurun, di sepanjang jalan kami melihat betapa indah, alam ini. Allah Maha Besar tidak ada kuasa melainkan kuasa Allah.
Tiba di Pantai Kukup kaki ini terasa pegal, tapi itu nggak menjadi halangan. Melihat pantai kukup yang begitu indah dengan bermacam-macam organisme yang ada didalamnya, mendorong hatiku untuk mengetahui setiap jenis organisme yang ada didalamnya. Untung saja waktu itu aq bersama temenku yang jurusan biologi, jadi aq banyak nanya-nanya. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sebenernya aq belum puas merasakan keagungan Allah. Tapi tetap waktu terus berlalu, nggak mugkin aq terus di sana. Apalagi bus jemputan sudah menunggu. Kami yang para akhwat udah bersiap-siap, tapi bus nggak juga berangkat. Ternyata ada 2 ikhwan yang masih tertinggal. Tak berapa lama muncul, kami para akhwat tersenyum ternyata ikhwan yang tadi uncul degan banyak belanjaan di tangan. Subahanallah, Ikhwan ternyata juga bisa belanja juga ya nggak cuman akhwat. Itulah Gambaran betapa Maha Besar dan Maha Sucinya Allah yang mampu menciptakan Alam ini yang begitu indah hingga mampu membuat hati ini bertasbih.
Subahanallah....Allahuakbar...!!!

Tuesday, December 11, 2007

PenGAlamaN Di TemPAt MAgaNg...!!!

Setelah kuliah di TKJ setiap mahasiswa diharuskan magang di instansi pemerintahan. Itu merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa, karena magang masuk dalam SKS. Sering aq mendengar banyak mahasiswa yang complain karena ketidaksesuaian pekerjaan di tempat magang.
Pertama saya masuk tempat magang saya juga berpikir demikian. Kenapa ilmu yang saya dapat di kuliah tidak dapat saya aplikasikan di tempat magang saya, itu yang selalu ada di pikiran saya.
Semakin berjalannya waktu, kurang lebih selama saya magang sampai saat ini pikiran itu sedikit demi sedikit mulai berubah. Saya magang ingin menambah pengalaman saya, memang dalam dunia kerja nggak selamanya apa yang kita dapat di bangku kuliah bisa kita aplikasikan. Sebelum masuk di TKJ ini saya juga pernah magang, paling nggak disana saya bisa belajar dari atasan2 saya. Dengan bekal itulah saya menjalani magang ini dengan ikhlas. Saya berharap setelah magangan ini selesai, itu berarti kuliahku insya allah juga selesai. Saya bisa mengambil pengalaman itu. Untuk teman2ku jangan pernah mengeluh " SEMANGAT .....!!! " Jalan ini masih panjang, nggak ada waktu untuk mengeluh lagi. ^_^

Friday, December 07, 2007

TKJ....!!!

Gimana perasaanmu kul di TKJ...???
Pertanyaan itu dilontarkan kepadaku saat aq sedang mengerjakan tugas kuliah. Kalau aq boleh jujur kuliah di TKJ ini merupakan keinginanku sendiri, tanpa ada paksaan dari kedua ortuku. Jadi secara otomatis aq bahagia bisa keterima di TKJ ini. Setelah melalui beberapa tahapan dan bisa bertahan sampai sekarang itu membuat aq bahagia. Sejak aq daftar TKJ sampai sekarang aq bisa merasakan perjuangan untuk mencapainya. Dengan dorongan dari ortuku aq masih bisa tetap bertahan sampai sekarang. "Kamu yang pengin kuliah di TKJ, masak hanya karena masalah sepele kamu menyerah" itulah kata2 yang diucapkan Ayah, Ibuku saat aq merasa capek menghadapi setiap masalah yang ada di TKJ. Mungkin kata2 itulah yang sampai saat ini masih bisa membuatku bertahan sampai sekarang. Setelah beberapa bulan kuliah di TKJ, bisa dibilang selama 3 semester ini aq banyak sekali mengambil hikmah dari setiap permasalahan yang dihadapi TKJ. Mungkin untuk setiap mata kuliah, terdapat banyak perbedaan antara mahasiswa TKJ dengan mahasiswa reguler. Kami paham dengan hal itu, TKJ baru saja dimulai masih banyak sistem yang harus dibenahi. Tapi secara pribadi saya berterima kasih sekali, karena bisa dikasih kesempatan untuk kuliah di TKJ ini. Perjalanan TKJ masih panjang ... tidak hanya berhenti sampai disini. Perjuangan terus berlanjut, walau rintangan dan halangan menghadang tak membuatku surut dalam melangkah. Hidup TKJ, apapun yang orang pikir tentangmu ... aq akan tetap bertahan. Aq nggak akan pernah nyerah.....SEMANGAT....!!!